Rumah Sederhana adalah rumah yang tidak bersusun tipe 36 atau tipe 45 dan dibangun di atas tanah dengan luas kaveling antara 54m2 sampai dengan 200m2.
Meskipun disebut rumah sederhana, konstruksi bangunan tetap harus menggunakan perhitungan matang dan diterapkan sebaik mungkin, karena berpengaruh terhadap keindahan, fungsi, kekuatan dan umur bangunan itu sendiri. Dengan konstruksi bangunan yang baik dan kokoh, maka umur bangunan akan lebih lama dan aman untuk digunakan.
Berikut ini kita akan membahas konstruksi bangunan rumah sederhana, terdiri dari:
Umumnya menggunakan pondasi batu kali dengan ukuran 30x80-80cm atau bisa juga dengan pondasi beton bertulang (dikenal umum dengan pondasi cakar ayam) dengan ukuran 50x50-25cm.
Sloof yang berukuran 15x20cm, dengan ukuran besi tulangan polos ø12mm dan ø6mm.
Kolom utama berukuran 15x20cm, dengan ukuran besi tulangan polos ø12mm dan ø6mm untuk jarak kolom 3,5M’. Menggunakan kolom praktis berukuran 15x15cm, untuk bentangan pendek jarak antar kolom di bawah 3M’.
Lantai ditutup dengan lantai ubin atau lantai keramik biasa berukuran 30x30cm.
Material dinding yang dipakai bisa batu bata atau batako, dengan tebal plasteran dinding 1–1,5cm dan acian. Campuran adukan semen biasanya 1 semen : 5 pasir atau bahkan ada campuran yang 1 semen : 7 pasir.
Kusen serta daun pintu dan jendela biasanya menggunakan kayu seperti kempas, meranti, nyatoh, durian, balam dan gerunggang. Untuk daun pintu bisa menggunakan double tripleks dan dicat minyak
.
Balok gantung yang berada persis di atas kusen pintu dan jendela ini, berukuran 15x15cm dengan ukuran besi tulangan polos ø12mm dan ø6mm.
Balok ring dengan beton bertulang berukuran 15x15cm, dengan ukuran besi tulangan polos ø12mm dan ø6mm. Tinggi balok ring dari permukaan lantai, biasanya dibuat 3M’.
Langit – langit atau plafond menggunakan eternit 1x1M2 atau bisa dengan gypsum 9mm dengan rangka plafond kayu usuk 5/7cm atau hollow galvalum 4/4cm dan 2/4cm.
Kuda kuda untuk atap, biasanya menggunakan kayu seperti bangkirai, kamper, kruing, mahoni yang masuk kayu kelas pemakaian III. Bahkan ada juga yang menggunakan kayu kelapa (glugu) sebagai kuda kuda / konstruksi atap nya.
Sebagai penutup atap biasanya menggunakan genteng beton atau genteng keramik biasa.
Hanya saja bila menggunakan genteng beton, beban atap genteng beton berat dan pada cuaca / suhu tinggi lebih terasa panas dibanding genteng keramik (PYF)